#15HariNgeblogFF "Kamu manis kataku,,,"

Kini Airin buta, setelah kecelakaan beberapa tahun lalu yang juga merenggut nyawa adik laki – lakinya. Airin ketakutan, ia seakan tak lagi punya harapan dan masa depan.

“Rin, mas Alan di depan tuh. Yuk keluar kamar.”  Ibu memberi tahu.
“Sudah bu, usir saja dia. Aku nggak mau ketemu dia lagi.” Jawab Airin ketus.
“Kenapa nak? Apa salah nak Alan?”
“Sudahlah bu, anak ibu ini sekarang buta. Tak akan ada lagi yang menghargai.” Ibu tak menjawab lagi. Ia terdiam Gurat kesedihan jelas nampak di wajah tuanya.
Setelah kecelakaan itu, Airin amat sangat menutup diri. Tak hanya di lingkungan kampus. Tapi ia pun menutup dirinya di hadapan kekasihnya, Alan. Ini adalah kesekian kalinya Airin tak mau menemui Alan.
Ibu meninggalkan Airin di kamar sendirian. Ibu tak mau memaksa Airin karena ia takut itu akan semakin membuat Airin sedih karena merasa dipaksa.  

“Nak Alan, maafkan ibu. Tapi Airin sepertinya belum siap menemuimu.” Ibu berkata pelan dan amat sopan.
“Tidak apa bu. Saya hanya mau memberitahukan bahwa rencana perkawinan antara saya dan Airin akan tetap dilaksanakan bagaimanapun keadaannya saat ini.”
Ibu mendengarkan perkataan Alan dengan perasaan trenyuh. Ia tak menyangka bahwa anaknya akan tetap dipinang walau kini sudah menjadi gadis buta.
 “Saya pamit bu, sampaikan salam sayang saya untuknya.”

* * *

Beberapa bulan kemudian, keluarga besar Alan mendatangi kediaman Airin. Sebelumnya Alan sudah mengingatkan pada kedua orangtuanya jika nanti Airin mendadak bersikap emosional. Karena memang Airin masih dalam kondisi yang belum stabil.

“Jadi begini pak – bu saya selaku juru bicara dari keluarga besar Sapto Kusuma hendak meminang anak bapak dan ibu, Airin. Kami keluarga besar sudah memhami kondisi Airin saat ini. Dan kami menerima semuanya dengan ikhlas.” Jelas salah seorang paman Alan.
Nampak wajah mereka semua dengan senyuman tulus ikhlas.

“Terimakasih sebelumnya, saya dan istri sangat menghargai kedatangan keluarga besar Alan. Tapi keputusan tetap ada di tangan kedua belah pihak. Apakah mereka mau atau tidak. Anak saya, Airin, sedang mengalami pertentangan batin karena kondisinya.” Ayah Airin coba memberikan penjelasan.

“Pak, izinkan saya menemui Airin..” Alan angkat bicara.
Ayah dan ibu Airin tak mampu menolak permohonan pemuda baik ini. LAlu ibu bangkit dari duduknya dan mengantar Alan menuju kamar Airin.

* * *

Di dalam kamar, Airin ditemani oleh beberapa sepupu perempuannya. Airin masih dilema. Iya tak mau membuat Alan malu dengan kondisi fisiknya saat ini. Buta bukanlah keadaan yang sederhana.
“Rin, Alan itu beneran lho sayang sama kamu. Jangan sampai kamu menyesal.” Dessy salah seorang sepupunya coba membesarkan hati Airin.
Disambung dengan anggukan dua sepupunya yang lain. Mereka semua memeluk Airin dengan penuh haru.

“Rin, ada yang mau bicara.” Ibu mengejutkan acara mengharu biru itu.
Airin tetap diam,, Sementara sepupu – sepupunya mulai bergerak menjauhi Airin. Mereka lalu meninggalkan Airin dan Alan berdua di dalam kamar.

“Rin, aku kangen sama kamu.” Alan berbicara sambil menggenggam tangan Airin.
Airin tak menarik tangannya. Ia membiarkan Alan menggenggamnya erat.
“Maafkan aku Lan, aku takut jika kebutaanku akan menjadi masalah untuk kehidupan kita kelak.”Airin menjelaskan sambil menahan tangis.
“Tak ada yang akan menjadikan ini masalah. Kita terbiasa bersama sayang. Rasanya kosong saat kau tak mau bertemu denganku.” Alan menjelaskan dengan sungguh – sungguh.

Tiba – tiba Alan melihat sebuah foto jaman dulu di meja rias Airin. Nampak disana dirinya dan Airin sedang menikmati masa – masa awal kisah cinta mereka. “Sayang ini foto waktu kita di Bandung ya? tanya Alan.
Airin tak menjawab, karena ia tak tahu foto mana yang Alan maksud. “Kamu manis kataku..” lanjut Alan dengan mata berbinar memandangi foto mereka.
Airin mulai bisa tersenyum. Alan sangat baik, ia mampu menghadirkan kepercayaan dirinya yang sempat hilang bersama penglihatannya.
Lalu Alan kembali mendekati Airin,”Rin, will you marry me?”
Airin berdiri tiba – tiba. Ia mampu bangkit dengan percaya diri. Kini ia tak hanya melihat hitam dan gelap. Tapi ia mampu merasakan warna – warni dalam alur nafasnya.
“Yes Hon .. I Will..”

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers


Recent Comments